Rosalind
Elsie Franklin adalah seorang
biofisika Inggris dan crystallographer sinar-X yang membuat kontribusi
penting untuk pemahaman tentang struktur halus molekul DNA, RNA, Virus, Batubara, dan Grafit. Kerja DNA nya mencapai ketenaran karena DNA (asam
deoksiribonukleat) memainkan peran penting dalam metabolisme sel dan
genetika, dan penemuan struktur itu sangat membantu rekan-rekan kerjanya (James D. Watson dan Francis Crick) memahami
bagaimana informasi genetik diturunkan dari orang tua kepada anak-anak. Temuan soal DNA di dunia kedokteran, yang di Indonesia belakangan ini
kerap digunakan bagian forensik kepolisian untuk memastikan identitas
seseorang yang diduga teroris, tidak terlepas dari peran seorang
Rosalind Elsie Franklin. Franklin lahir pada tanggal 25 Juli 1920 di Notting Hill, London, dalam keluarga Yahudi Inggris kaya dan berpengaruh. Ayahnya adalah Arthur Ellis Franklin (1894-1964), seorang bankir pedagang di London, dan ibunya adalah Muriel Waley Frances (1894 -1976).
Awal pertemuan Rosalind Franklin dengan Francis Crick dan James
Watson, terjadi ketika mereka tergabung bersama Maurice Wilkins dalam
tim kerja laboratorium yang mempelajari tentang difraksi sinar X. Kerja
ilmiah Rosalind Franklin soal difraksi citra sinar X terhadap DNA
mengarahkannya menemukan tentang struktur ganda inti sel yang terdiri
dari DNA dan RNA. Data temuan Rosalind Franklin itu, menurut
Francis Crick, sesungguhnya adalah data yang mereka gunakan untuk
memformulasikan hipotesa Crick dan Watson pada 1953 tentang struktur
DNA. James D. Watson dan Francis Crick kemudian tercatat sebagai
penemu struktur DNA. Keduanya bahkan mendapatkan hadiah nobel bidang
fisiologi dan kedokteran. Rosalind Franklin digambarkan sebagai
pribadi yang selalu menyukai fakta. Ia berpikir logis dan tepat, dan tak
sabar dengan hal-hal yang sebaliknya. Ia memutuskan menjadi
ilmuwan saat berusia 15 dan lulus ujian masuk Universitas Cambridge pada
1938. Semula, karena berpandangan kolot, ayahnya yang berasal dari
keluarga pejabat dan tergolong dermawan, tak menyetujui pendidikan
perguruan tinggi buat wanita. Ia pun menolak membayar biaya pendidikan
Rosalind Franklin.
Usia 26, Rosalind Franklin menerima gelar Ph.D. dan perang baru saja
usai. Ia mulai bekerja dalam difraksi sinar-X -- menggunakan sinar X
untuk membuat gambar zat padat yang dikristalkan. Ia memelopori
penggunaan metode ini dalam menganalisis bahan yang rumit dan tak
teratur seperti molekul biologis yang besar, dan tak hanya kristal
tunggal. Setelah tiga tahun menikmati kehidupan di Prancis, pada
1950 Rosalind Franklin memutuskan membangun karir ilmiah di Inggris. Ia
pun bergabung di King's College, London dengan kelompok ilmuwan yang
sedang mempelajari sel hidup.
Pemimpin tim menugasinya berkarya
pada ADN bersama mahasiswa pascasarjana. Asumsi Franklin, ini merupakan
proyeknya sendiri. Salah satu laboran, Maurice Wilkins, sedang berlibur
saat itu, dan saat ia kembali, hubungan mereka menjadi tidak akur. Maurice
berasumsi Rosalind Franklin akan membantu kerjanya, sebaliknya Rosalind
Franklin berpendapat ia akan menjadi satu-satunya orang yang berkarya
pada bidang asam deoksiribonukleat. Rosalind Franklin dan Maurice adalah pribadi yang bertolak belakang, tak ada kecocokan di antara keduanya. Dalam
situasi kerja yang tak akur, Rosalind Franklin membuat kelanjutan dalam
teknik difraksi sinar-X dengan DNA. Ia mengurus alat-alatnya untuk
menciptakan sorotan sinar-X yang amat tajam. Ia mengekstraksikan serat
DNA yang baik daripada yang pernah ada dan menyusunnya dalam buntelan
paralel. Ia mempelajari reaksi serat pada keadaan lembap. Seluruhnya memungkinkannya menemukan kunci penting atas struktur DNA. Wilkins
menerima datanya, tanpa sepengetahuan Franklin, dengan James Watson dan
Francis Crick - di Cambridge University, mereka saling mendahului dalam
perlombaan itu - kemudian menerbitkan struktur DNA yang diajukan pada
Maret 1953. Hubungan yang tegang dengan Wilkins dan
ketidaksetaraan gender pada King's College, di mana peneliti perempuan
tak diizinkan makan siang di ruangan umum tempat peneliti pria makan,
misalnya, membuat Franklin mencari kedudukan lain. Ia mengepalai
kelompok risetnya sendiri di Birkbeck College London. Franklin kembali
pada studinya tentang batu bara dan juga menyelesaikan kerja DNA-nya. Ia
mengalihkan perhatiannya ke virus, menerbitkan 17 kertas kerja dalam 5
tahun. Penemuan kelompoknya meletakkan dasar penemuan virologi
struktural.
Pada pertengahan tahun 1956, Franklin pertama mulai mencurigai adanya masalah kesehatan, dia tidak bisa lagi memakai roknya kembali, karena benjolan di sekitar perutnya. Sebuah operasi di Bulan September tahun yang sama mengungkapkan dua tumor di perutnya. Bahkan saat menjalani pengobatan kanker tumor, Franklin terus bekerja, dan kelompoknya terus menghasilkan hasil yang baik. Tujuh makalah pada tahun 1956 dan enam lagi pada tahun 1957. Pada tahun 1957, kelompok ini juga bekerja pada Virus Polio dan telah memperoleh dana dari Layanan Kesehatan Masyarakat dari National Institutes of Health di Amerika Serikat.
Pada akhir tahun 1957, Franklin kembali jatuh sakit dan ia dirawat di Rumah Sakit Royal Marsden. Sempat juga dia kembali bekerja pada Januari 1958, dan dia diberi promosi untuk Penelitian Associate in Biofisika. Setelah itu Franklin kembali jatuh sakit pada tanggal 30 Maret 1958, dan akhirnya dia meninggal pada tanggal 16 April 1958, di Chelsea, London, diusianya ke 37. Bronkopneumonia, karsinomatosis sekunder, dan kanker ovarium. Paparan radiasi sinar-X kadang-kadang dianggap sebagai salah satu faktor dalam sakitnya. Anggota lain dari keluarganya telah meninggal karena kanker, dan kejadian kanker ginekologi dikenal amat tinggi di antara Yahudi Ashkenazi. Kaum Ashkenazim adalah sebuah kaum yang cukup tertutup, dan banyak yang
mengidap penyakit turunan. Tetapi salah satu penyakit turunan yang
berhubungan dengan penyakit otak, membuat mereka memiliki skor IQ tertinggi di dunia.
Sejarah kemudian mencatat perempuan peneliti kelahiran 25 Juli 1920
sebagai peletak dasar pengetahuan tentang DNA, walau ia tak mendapat
hadiah Nobel atas peran pentingnya untuk dunia kedokteran dan kehidupan
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar